Selasa, 14 Oktober 2014

Renungan Kebersamaan


Aku melirik jam dinding, kini waktu menunjukkan pukul 13 lebih 30 menit WITA. Waktu terasa begitu cepat berlalu. Kemarin, kini tepat 1 hari saat setelah jam menunjukkan pukul yang sama. Kamu duduk di sini, memberi suasana berbeda dari hari-hariku sebelumnya. Dan sekarang, aku hanya bisa melihat ada kursi kosong di pojok ruangan sana.

Masih terlintas begitu jelas dalam benakku selama 4 hari belakangan ini, aku menghabiskan waktu bersamamu. Menciptakan moment indah yang akan menjadi cerita seru dan menyenangkan kelak dikemudian hari. Suasana kebersamaan yang tak akan terlupakan.

Kembali kita menoreh garis biru yang indah dalam catatan kehidupan dan kebersamaan kita. Sekali lagi, "Seru & Menyenangkan".

Kini kamu tidak lagi mengiangkan tentang sebuah rumah adat, tentang 2 tempat wisata alam, dan semua tentangnya yang selama ini hanya terdengar olehmu dan membuatmu jadi bertanya-tanya.

Terima kasih karena kamu telah memberikan kesempatan kepadaku menjawab semua tanya itu. Terima kasih karena kamu telah membuatku tersenyum dan tertawa, menghadirkan hal lucu dan spontan dalam kebersamaan kemarin.

Aku berharap setelah ini akan selalu ada hari yang jauh lebih menyenangkan, dan seru. Semoga Allah swt selalu memberikan kesehatan, kesempatan, dan kekuatan untuk kita, dan kembali di izinkan menikmati kebersamaan itu.

Aamiin..

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Perpisahan adalah hal pasti yang tak bisa di lumpuhkan oleh logika manusia dan selalu berujung dengan rasa sedìh. Namun, bisakah aku berkata seperti ini, "Perpisahan bukanlah suatu hal yang menyedihkan jika kita selalu mengawali suatu kebaikan dan selalu menunjukkan rasa peduli dan sayang kita kepada orang yang kita cintai."

Bagiku, aku dan kamu adalah awal dari hadirnya suatu kebaikan. (H&R)

Selasa, 07 Oktober 2014

Aku Pinta Sejenak Sahabatku


Seorang sahabat bercerita kepadaku. Dia mengungkapkan isi pikiran dan hatinya di hadapanku. Lalu aku pun menatap wajahnya, ku saksikan tatapan layu, tanpa segelintir semangat di dalamnya.

Dia mulai bercerita tentang apa yang dirasakannya, tentang kegundaan yang meliputi hatinya. Aku menyimak pembicaraannya hingga akhir ceritanya, lalu seketika tatapan matanya seolah-olah menuntutku untuk menanggapi luapan perasaan gundanya itu.

Aku,

Aku tak tahu banyak tentang kehidupan, aku masih terbilang naif dalam mencerna semua tentang gundanya hatimu. Namun, aku berfikir sejauh mana aku bisa menjadi hadiah bagimu, terlahir menjadi manusia yang bermanfaat buatmu.

Pinta,

Ketika orang terdekatmu sedang memojokkan dan enggan menyapamu. Pintaku, bersabarlah sejenak, diamlah sejenak agar kamu lebih mampu terhubung dan akrab dengan suara hati atau batinmu.

Sejenak,


  • Dalam kesejenakanmu itu, insyaa Allah akan di beri petunjuk.
  • Dalam kesejenakanmu Allah akan menjaga fikiranmu dari hal jahat yang menutupi hatimu, dan
  • Dalam kesejenakanmu itu Allah Swt. akan menuntunmu menuju jalan indah yang sebelumnya tak pernah terbayangkan olehmu.


Sahabatku,

Izinkan aku menepuk pundakmu, merangkulmu hingga kamu dapat berdiri kembali. Terima kasih sahabat, kamu telah bercerita di hadapanku, kini aku mengerti bahwa kenaifan sudah tidaklah pantas pada usia yang semakin hari semakin berkurang dan menua ini.

Terima kasih sahabat, kini aku mengerti bahwa “Dewasa”, bukan semata-mata terlahir karena usia yang sudah semakin tua, tetapi “Dewasa” itu adalah sikap dan pola berfikir untuk selalu mengingat Allah swt.

“Tua itu pasti, Dewasa itu pilihan”

Senin, 06 Oktober 2014

CMWB : Kantong Plastik Hitam


psrta-cmwb.jpg


Hari itu saya dilelahkan oleh perjalanan yang cukup panjang. Bayangkan rute Lamuru-Tator jarak tempuh memakan waktu kurang lebih delapan jam tidak termasuk waktu istarahat yang biasa dilakukan saat kelelahan di jalan. Perjalanan dengan sebuah mobil panter dengan jumlah penumpang melampui batas ini, membuat kami berdesak-desakan dan kepanasan.

Oke sahabat lanjut ..

Saya menyimak kejadian lucu ini.. :

CMWB : Kantong Plastik Hitam

Seorang Ibu penumpang dengan wajah pucat tampak lunglai lantaran ayunan mobil yang tidak beraturan. Saya bisa memvonis kalau orang tersebut sedang mabuk darat..

"Nak... !". Tiba-tiba seorang penumpang lainnya menyapaku.

"Iya pak." Jawabku.

Si Bapak: "Apakah kamu punya snack atau air minum nak? Saya lapar, pagi tadi saya tidak sarapan".

Saya: "Tidak punya pak".

Beberapa saat kemudian terlihat si bapak memejamkan mata seakan berusaha untuk tidur dan melupakan rasa laparnya.

Tiba-tiba..

"Oaggh.. Oaggh... Kantongan mana kantongan?". Terdengar suara Ibu penumpang lunglai tadi meminta kantongan plastik. Dia mengambil kantongan itu kemudian dengan cepat mengarahkan mulut kantongan tepat di depan wajahnya.

Lalu..

Oaaa' Ooaaa' buarrrg, dia berhasil mengeluarkan muntahnya di dalam kantong plastik hitam itu..!

Suasana kembali hening, yang terdengar hanya deru mesin memecah kesunyian malam

Tak lama berselang si Bapak yang tertidur tiba-tiba bangun dan pandangannya langsung tertuju pada kantong plastik hitam itu.

Tanpa berpikir panjang si Bapak yang baru bangun itu kemudian meraih dan merampas kantongan itu dari tangan Ibu penumpang yang mabuk tadi. Sama sekali tak ada respon dan perlawanan dari si pemilik resmi kantongan itu.

Si Bapak tersenyum sambil memegangi kantong plastik itu. Sepertinya tangannya menikmati hangat isi kantongan itu dari luar.
Sob, spontan mataku melotot.. Argg, si bapak tanpa berfikir panjang memakan dan meminum isi kantong plastik hitam itu hingga tetes terakhir.

Lalu, apa yang terjadi..?

Saya mendengar si bapak bersendawa...

"Egggh..!"

Si Bapak lalu menatapku dan berkata : "Nak, saya sudah kenyang, meskipun makanan tadi rasanya sangat asin dan seperti sudah mau basi, tetapi setidaknya bisa mengobati rasa laparku sampai mobil ini berada di tempat tujuan".

Saya hanya terdiam dan mengangguk tak berani mengucapkan sepatah kata apapun. Cukup saya, kalian yang memabaca tulisan ini dan tuhan yang tau kalau itu adalah muntah. Hahaha :D

Wassalam!

Thanks buat sahabat kita Ngerayap yang telah mengadakan kontes CMWB ini, semoga dengan adanya kontes ini, kita bisa semakin sehat karena tersenyum dan tertawa. Aamiin

Minggu, 05 Oktober 2014

Aku Bukan Anak Kecil Lagi



shin-chan-image-001.jpg

Suasana pagi yang begitu dingin, membuat kulitku enggan menyentuh air. Betapa tidak, pagi itu seolah-olah aku menunjukkan sikap seperti seorang anak kecil yang memilih mengulur-ulur waktu mandi.

Sampai pada batas ketika keadaan dan waktu memaksaku mandi dan keluar dari keraguan-raguan itu. Berrr..dinginnya air sesaat membuat sekujur tubuhku berkontraksi melakukan adaptasi terhadap hal baru yang ia temui pagi itu.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillah hilhamd, tiba-tiba gema takbir berkumandang memecah kesunyian pagi.

Aku tersenyum dan sedikit heran. Pagi itu sound system masjid terdengar jauh lebih nyaring dan stereo dibandingkan hari-hari sebelumnya. Sama halnya dengan aku, pagi itu adalah jadwal mandi terawalku selama beberapa bulan terakhir ini.

Aku selalu malas mandi terlalu pagi. Selain faktor dingin, juga aku terhipnotis oleh alasan “ke-Konon-an”. Konon kalau orang mandinya 1 x sehari, akan tetap terlihat awet muda. Teori konon yang 99% diragukan kebenarannya. Teori konon yang selalu terlihat serasi bila disandingkan dengan kata “Malas”. Dan inilah yang biasa melahirkan keputusan kuat untuk tetap tidur sampai pukul 11 pagi. ^.^

Haha, Lupakan kata “Konon” dan “Malas”. Pun aku kini telah sukses menyelesaikan mandi pagiku. Hal berikutnya yang harus aku lakukan adalah mempersiapkan segalanya, agar tidak terlambat mengikuti shalat ied berjamaah di Masjid.

Ready, steady, and go..! Sekarang aku siap bersama penampilan yang sama ketika hari fitri kemarin. Aku sadar, kalau aku bukan anak kecil lagi, yang selalu takut mandi lebih pagi dan selalu meninginkan pakaian yang baru. ^.^

Aku Iwan Mineslima bersama keluarga mengucapkan selamat hari raya Idul Adha 1435 H/ 2014 M. Minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin.